Entah angin apa yang
membawaku mengikuti seleksi SNMPTN pada waktu itu, mungkin aku terbawa suasana
teman temanku yang berminat mendaftar SNMPTN hingga aku tergiur untuk coba coba
mendaftar. Sebelum mendaftar, aku izin lebih dulu pada kedua orangtuaku. Pada awalnya
mereka tidak memperbolehkan aku kuliah di luar kota, dengan alasan jauh dari
orangtua, aku memakluminya karena aku memang anak perempuan satu satunya dari
dua bersaudara. Bukan hanya jauh, masalah biaya yang akan dikeluarkan cukup
besar bila kuliah di luar kota turut menjadi pertimbangan mereka. Tetapi dengan
sedikit bujuk rayuan akhirnya mereka setuju aku kuliah di luar kota dengan
syarat, kuliah di Semarang saja yang tidak terlalu jauh. Aku tinggal di kudus,
sekitar 2 sampai 3 jam untuk perjalanan Semarang Kudus ataupun sebaliknya. Di
samping itu, aku juga mengikuti seleksi Bidikmisi untuk membantu orang tua
meringankan beban biaya kuliah.
Pada waktu mengikuti
seleksi, aku awalnya bingung memilih program pendidikan (prodi) apa. Lucu
memang, aku akui itu ingin kuliah tetapi bingung memilih prodi yang akan dituju.
Tetapi pada akhirnya aku memilih Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Semarang sebagai pilihan,
dengan berbekal sebuah sertifikat kejuaraan puisi dan pengalaman selama
bergabung dalam ekstra Jurnalis. Aku tau bahwa pilihan yang aku ambil
bertentangan dengan jurusan IPAku sewaktu di SMA. Banyak orang yang
menyayangkan hal tersebut, tetapi banyak pula yang mendukung pilihanku termasuk
salah satunya kedua orangtuaku. Berbagai dukungan tersebut menjadikan aku
semakin bertekad untuk melakukan sesuatu sebaik mungkin.
Setelah sekian lama
menunggu, tibalah pada saat yang paling kunanti yaitu pengumuman SNMPTN. Sejak
pagi aku merasa gelisah, takut tidak lolos, hingga karena lelah menunggu aku
tertidur. Ketika bangun, aku langsung melihat jam dan jam itu menunjukkan hasil
seleksi sudah bisa diakses. Berdebar hatiku saat membuka gawai pintar di
genggamanku. Grup pesan kelas ramai dengan topik tentang siapa saja yang lolos,
salah satu temanku menanyakan kepadaku apakan aku sudah membuka hasilnya atau
belum. Jujur aku bilang padanya bahwa aku belum membuka pengumumannya, setelah
itu dengan hati berdebar aku membuka pengumuman itu. Entah mengapa aku tidak
bisa membuka pengumuman tersebut, hingga temanku menawarkan bantuan membuka
pengumuman itu. Dia bilang padaku bahwa aku lolos seleksi SNMPTN, betapa
senangnya aku saat itu.
Setelah mengikuti
serangkain persyaratan registrasi, akhirnya aku resmi menyandang status sebagai
mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNNES, dan dari sinilah aku mendedahkan
lembaran baru. Umumnya sebelum dimulainya kuliah perdana diadakan PPAK atau OSPEK.
Selama 3 hari mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) ditempa untuk menjadi
mahasiswa yang sesungguhnya melalui kegiatan PPAK tingkat Fakultas. Kali pertama
masuk kuliah aku sangat takut, bingung karena tidak ada teman untuk mengobrol,
tetapi selama kegiatan PPAK tersebut, aku bertemu dan berkenalan dengan teman
teman baru dari berbagai jurusan dan kota asal yang berbeda beda. Awalnya
memang canggung, tapi lama lama menjadi teman akrab.
Bukan hanya ada PPAK ,
tetapi juga ada Orientasi Kepramukaan yang diadakan oleh Guslat BASE FBS. Selama
kegiatan ini pula kita dibagi lagi perkelompok dengan anggota yang berbeda dari
PPAK Fakultas. Adaptasi kembali aku lakukan, mencoba berkenalan dengan teman
teman anggota kelompok, mengobrol dan melakukan berbagai kegiatan bersama.
Tidak berhenti sampai
disitu, setelah masuk jurusan, kita juga mengikuti kembali kegiatan yang
diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia dengan kegiatan
yang dinamakan Gebyar Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia. Kegiatan yang
diadakan jurusan ini membuat kita lebih dekat lagi kepada teman – teman satu
jurusan bahkan dengan kakak kakak tingkat. Adanya tugas yang mengharuskan kita
berinteraksi dengan mereka semua.
Berbagai rangkaian kegiatan tersebut menimbulkan manfaat yang positif
untuk semua.
Komentar
Posting Komentar